• Posted by : elfita harefa Selasa, 17 Mei 2016

    Masa Depan Ada di Tangan Kita…….

    Pernahkah kita merenungkan siapa sebenarnya diri kita? Pernahkah terpikir dalam diri kita untuk apa kita hidup di dunia ini? Untuk menjadi seorang yang sukseskah? Atau seorang yang gagal? Jawabannya adalah pada diri kita sendiri.
    Dunia ini telah banyak menghasilkan insan besar, dan sayangnya, tidak sedikit pula melahirkan para pecundang. Mereka dengan keberhasilannya dan mereka dengan kegagalannya adalah melalui suatu proses panjang. Kita pun bisa seperti mereka. Menjadi orang berhasil ataukah gagal. Ini semua tergantung pada pilihan kita. Tergantung bagaimana kita membentuk diri kita. Bukan orang lain.
    Setiap dari kita pastilah bermimpi menjadi orang besar. Orang dengan segala kecerdasannya, kekayaannya, kekuasaannya, kepopulerannya, dan kehebatannya. Tapi cobalah kita untuk tidak berangan terlalu jauh. Lihatlah realita, apa sebenarnya yang terjadi pada diri kita. Pantaskah kita menjadi orang besar ketika kebiasaan yang kita lakukan masih mengekor kebanyakan orang. Banyak tidur, hobi makan, nonton TV seharian, ngobrol lewat telepon berjam-jam, jalan-jalan dan nongkrong tidak bertujuan, banyak melamun, malas-malasan untuk belajar dan bekerja. Kita sering tidak sadar akan kebiasaan yang kita lakukan setiap harinya. Kebanyakan dari kita mengira bahwa masa depan masih panjang. Padahal, sebenarnya jalan yang kita pilih hari ini, apa yang kita lakukan saat ini bisa membentuk diri kita selamanya.
    Seorang pujangga Inggris berkata, “ Mula-mula kita membentuk kebiasaan kita, lama kelamaan kebiasaan kitalah yang membentuk kita.” Ya, kita adalah apa yang biasa kita lakukan berulang-ulang. Kebiasaan yang kita lakukan itulah yang akan mendorong kita maju atau menyeret kita menuju kegagalan. Dialah yang akan menjadikan kita sukses atau menjadikan kita hancur. Semua kembali pada diri kita, bagaimana kita membentuk kebiasaan kita. Apakah kita terbiasa untuk berjalan, berlari, dan mengejar cita-cita serta keinginan kita. Ataukah kita terbiasa untuk diam, duduk manis, dan menunggu cita-cita itu datang sendiri pada diri kita.
    Mari bercermin pada diri kita masing-masing, siapa kita sebenarnya, apa yang terjadi pada diri kita. Mungkin kita merasa menjadi seorang pemalas, sulit untuk disiplin, tidak bisa maju dan berkembang. Mungkin juga kita merasa bahwa diri kita kurang pandai, kurang kaya, rendah diri, mudah putus asa dan tidak berarti. Sebenarnya kelemahan-kelemahan itu adalah penilaian dari kita sendiri. Kita yang merasa bahwa diri kita bodoh, maka akan selalu tergambar dalam pikiran kita, bahwa kita bodoh, tidak mungkin bisa pintar, tidak mungkin berhasil mengerjakan sesuatu hal. Hasilnya pun akan sesuai pemikiran kita yaitu gagal. Coba seandainya kita merasa bahwa kita pintar, pasti kita akan mengerjakan sesuatu hal dengan penuh rasa percaya diri dan optimis bahwa kita akan berhasil. Dan karena kita bersemangat dan bersungguh-sungguh hasilnya pun tidak akan mengecewakan.
    Ternyata paradigma yang kita bangun ( tentunya paradigma yang terbentuk karena kebiasaan-kebiasaan kita ) memberi sumbangan tersendiri bagi keberhasilan dan kegagalan kita. Sekarang, jangan pernah berkecil hati karena paradigma buruk tentang diri kita, karena kebiasaan-kebiasaan buruk kita. Buang jauh persepsi buruk tentang kita. Katakan bahwa kita bisa menjadi orang hebat. Bahwa kita tidak akan terus menjadi seseorang seperti kita sekarang ini. Kita harus berubah menjadi diri kita yang baru, menatap masa depan dengan cara yang baru. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah suatu perubahan. Perubahan cara berpikir kita, perubahan untuk membentuk tingkah laku kita dan membentuk kebiasaan kita. Kebiasaan seorang pemenang, kebiasaan orang sukses. Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap untuk meraih masa depan? Langkah-langkah di bawah ini akan membantu kita, bagaimana mempersiapkan diri kita meraih masa depan.
    1. Temukan Talenta Kita
    Harus kita akui bahwa sebenarnya masing-masing dari kita mempunyai talenta. Mari kita mencoba untuk mencari dan menemukan talenta, kemampuan, kelebihan yang mungkin selama ini kita biarkan terpendam dalam diri kita. Talenta, tidak perlu kita bayangkan seperti menjadi seorang penari, penyanyi, atlit, sarjana. Mungkin kita hanya senang menulis, senang membaca, senang berbicara, senang berorganisasi, senang memimpin, atau mudah menerima orang lain, percaya diri, dan sebagainya. Tapi jika kita mencoba melakukan hal-hal positif tersebut meski terasa sepele, tapi sebenarnya itu semua merupakan awal perbaikan diri kita. Kita dapat melakukan dari hal yang terkecil, seperti membiasakan untuk bangun tidur lebih awal, berolahraga teratur, banyak membaca, lebih terbuka dengan orang lain, dan hal positif lainnya.

    2. Jadilah Proaktif

    Kita adalah sumber pendorong bagi diri kita sendiri. Apakah kita gagal atau sukses bukanlah hasil perbuatan orang lain. Kitalah yang menjadi pendorong diri kita sendiri. Dengan bersikap proaktif sesungguhnya kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri dan punya sikap “ aku bisa.” Maka, mari kita mencoba untuk bersikap proaktif dalam menghadapi setiap hal.

    3. Ingatlah Tujuan Akhir

    Setiap dari kita pasti mempunyai suatu harapan, bercita-cita tinggi, memimpikan masa depan yang cerah. Itu semua yang bisa memberikan motivasi, semangat, dan kekuatan tersendiri bagi kita untuk menapaki setiap jalan kehidupan ini. Dengan membuat pernyataan misi pribadi, ini akan mengingatkan pada kita bahwa kita mempunyai tujuan akhir yang perlu kita raih dan kita kejar. Pernyataan misi pribadi adalah seperti kepercayaan pribadi atau moto pribadi yang menyatakan seperti apa hidup kita. Pernyataan misi adalah seperti pohon dengan akar-akar yang dalam. Pernyataan ini stabil dan takkan ke mana-mana, tetapi hidup dan terus tumbuh. Kita butuh pohon dengan akar-akar yang dalam untuk membantu kita selamat dari segala badai kehidupan yang melanda kita. Seperti yang kita perhatikan bahwa hidup ini sama sekali tidak stabil. Mungkin kita bisa menyatakan misi pribadi kita seperti, percaya pada diri sendiri dan orang-orang di sekeliling kita, bersikap baik, sopan, hormat terhadap semua orang, jangan pernah tidak menghargai hal-hal sederhana dalam hidup ini.

    4. Wujudkan Sinergi

    Kita mungkin pernah merasa tidak seimbang, stres, atau hampa. Hal ini dikarenakan kita tidak memperlakukan seimbang akan kebutuhan tubuh, otak hati dan jiwa kita. Ada orang yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk untuk membangun tubuh yang sempurna tetapi menelantarkan pikirannya. Yang lain punya otak yang hebat tetapi membiarkan tubuhnya rusak atau lupa manjalani kehidupan sosial. Agar kita bisa mencapai prestasi puncak, kita perlu mengusahakan keseimbangan diantara keempat dimensi tersebut, yaitu tubuh, otak, hati, dan jiwa.
    Keseimbangan itu sangat penting, karena prestasi kita di salah satu dimensinya akan mempengaruhi ketiga dimensi lainnya. Berusahalah untuk memenuhi kebutuhan keempat dimensi kehidupan tersebut dengan seimbang dan tidak berlebihan. Isilah kebutuhan tubuh kita dengan olahraga, makan yang sehat, tidur yang cukup, dan rileks. Isilah kebutuhan otak kita dengan membaca, mendidik, menulis, belajar keterampilan baru. Isilah kebutuhan hati kita dengan membangun hubungan-hubungan, memberikan pelayanan, dan tertawa. Isilah jiwa kita dengan merenung, menulis jurnal, berdoa, menyimak media berkualitas. Dengan menjaga keseimbangan dan sinergitas keempatnya kita akan bisa menjalani hidup ini dengan lebih baik

    5. Berani Mengambil Resiko

    Untuk menjadi seorang yang berhasil, kita harus berani mengambil resiko. Dalam setiap perjalanan, kita harus siap menerima kekalahan dan siap pula menerima sebuah kemenangan. Perjuangan untuk menjadi seorang sukses tidaklah mudah. Kita harus mampu melewati hambatan dan rintangan yang menghadang. Kita harus tetap maju, menyingkirkan keputusasaan, keraguaan yang dapat menghentikan langkah kita. Berusaha meraih cita-cita berarti kita harus siap menghadapi apapun, baik atau buruk, sedih atau senang.

    6. Isi Waktu Dengan Berbuat

    Bila pada suatu hari kita mendapatkan diri kita menganggur tanpa kegiatan, berarti kita bersiap untuk gundah dan cemas. Dari mengingat kegelapan masa lalu, menyesali kesialan masa kini, hingga mencemaskan kelamnya masa depan. Kita mungkin terlalu mencemaskan bagaimana seandainya nanti kita dilanda kelaparan, kesusahan, penghinaan dan kegagalan. Menganggur tanpa berbuat apapun, banyak melamun, diam, membiarkan diri dalam kekosongan itu sama halnya dengan bunuh diri dan merusak tubuh.
    Untuk menjadi orang berhasil kita harus berbuat dan bergerak. Kita tidak boleh hanya diam. Gunakan waktu untuk berbuat segala hal yang positif dan berarti. Jangan biarkan waktu berjalan tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

    7. Hari Ini Milik Kita

    Masa depan memang perlu kita rencanakan, tapi tak perlu terlalu kita khawatirkan. Anggaplah masa hidup kita hanya hari ini saja. Dengan begitu, hidup kita tidak akan tercabik-cabik di antara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian.
    Pada hari ini pula, sebaiknya kita mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras. Dan pada hari inilah, kita harus bertekad mempersembahkan kualitas hidup, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam sikap, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga serta perbuatan baik terhadap sesama.
    Pada hari di mana kita hidup saat inilah sebaiknya kita membagi waktu dengan bijak. Jadikanlah setiap menitnya laksana ribuan tahun dan setiap detiknya laksana ratusan bulan, tanamkan kebaikan sebanyak-banyaknya pada hari itu dan persembahkan sesuatu yang paling indah untuknya.
    Jika kita percaya pada diri kita, dengan semangat dan tekad yang kuat kita akan dapat menundukkan diri kita untuk berpegang pada prinsip “Aku hanya akan hidup hari ini.” Prinsip itulah yang akan menyibukkan diri kita setiap detik untuk selalu memperbaiki keadaan, mengembangkan semua potensi.
    Sekali lagi yang perlu kita renungkan, bahwa kita terlahir sebagai pemenang. Kita tidak perlu merasa menjadi orang yang lemah, merasa minder, rendah diri, penuh ragu tidak percaya. Hidup ini persaingan. Kalau kita tidak mempunyai daya dorong, lantas kita akan tersungkur menjadi pecundang.
    Kita bukan mereka yang menikmati hidup dengan segala keindahan. Terbuai angan dan hidup di bawah atap kesantaian dan kesenangan. Mengisi hari-hari dengan luapan suka dan melupakan duka, membuang-buang waktu untuk kesia-siaan.
    Kita bukanlah pecundang, Bukan seorang pengecut yang lari dari kenyataan. Kita akan selalu tegak memandang kehidupan di depannya. Dada kita akan terbusung tegap, siap menghadapi segala tantangan menghadang. Hidup ibarat ladang yang membutuhkan siraman semangat yang kontinyu. Tidak ada alasan untuk bersantai, duduk terdiam, dan membuang waktu percuma tanpa merasa berdosa. Karena setiap detik akan menentukan masa depan kita..

    Leave a Reply

    Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

  • - Copyright © Belajar Multimedia - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -